Pengetahuan tentang
geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang lain, dimulai dengan
munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh, HERODUTUS (485 –
425 S.M.) yang dianggap sebagai “bapak sejarah” dikenal pula mempunyai
pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang perubahan muka air laut,
salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di Mesir. Kemudian banyak
pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini.
Dapat disebutkan di
sini antara lain ARISTOTLE, STRABO dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya
menerangkan gejalagejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan
nama Teori Malapetaka. Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit
berubah. Orang mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua
gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi
dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
JAMES HUTTON (1726 –
1797) dikenal sebagai “bapak geologi modern” yang menerangkan gejala-gejala
geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal sehari-hari, sangat
bertentangan dengan teori katatrofisma yang menganggap bahwa kejadian geologi
relatif mengambil waktu yang amat singkat. Atas dasar itu kemudian teori yang
dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai teori uniformitarianisma, dan terkenal
dengan dalilnya yang menyatakan bahwa “hari ini adalah kunci dari kejadian pada
masa lampau” atau istilah asingnya adalah the present is the key to the past.
Pada masa sekarang
geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis, yang hanya mempelajari
bentukbentuk roman muka bumi, akan tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang
dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil interpolasi. Selain itu pemerian
bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran-besaran matematika
seperti kita kenal dengan nama geomorfologi kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat
dicatat STRAHLER yang membuat analisa pengaliran sungai secara matematika.
Di Indonesia, bebrapa
hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh
ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi
itu patut dikemukakan di sini penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang
dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli
geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN
(1973) menulis tentang geomorfologi Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar