Fungsi Lumpur Pemboran
Menurut Preston L. Moore (1974), lumpur pemboran mulai dikenal pada
sekitar tahun 1900-an bersamaan dengan dikenalnya pemboran rotari. Pada mulanya
tujuan utama dari lumpur pemboran adalah untuk mengangkat serbuk bor secara
kontinyu. Dengan berkembangnya zaman, banyak fungsi-fungsi tambahan yang
diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan berbagai fungsi yang
ditambahkan kedalamnya, menjadikan lumpur pemboran yang semula hanya berupa
fluida sederhana menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan dan
bahan kimia.
Dari adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat ini,
fungsi-fungsi utama dari lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1.
Mengendalikan
tekanan formasi.
2.
Mengangkat
serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang bor.
3.
Memberi
dinding pada lubang bor dengan mud-cake.
4.
Melumasi
dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.
5.
Menahan
padatan dari formasi dan melepaskannya dipermukaan.
Masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu. Dan dalam penulisan
ini yang berkaitan erat dengan judul penulisan adalah fungsi yang nomor kedua
dari kelima fungsi utama dari lumpur pemboran tersebut.
1.
Mengendalikan Tekanan Formasi
Tekanan formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft. Pada tekanan yang
normal, air dan padatan pada pemboran telah dapat untuk menahan tekanan formasi
ini. Untuk tekanan yang lebih kecil dari normal (sub-normal) densitas lumpur
harus diperkecil supaya perolehan hilang lumpur atau loss circulation tidak
terjadi. Tetapi sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar dari tekanan normal
maka penambahan barite sebagai pemberat perlu dilakukan.
2.
Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan dan Membersihkan
Dasar Lubang Bor.
Pembersihan lubang bor adalah fungsi pokok dari lumpur pemboran. Fungsi
ini juga paling sering dilalaikan dan salah dinterpretasikan. Serbuk bor
biasanya mempunyai SG sekitar 2,3 samapai 3,0 dan rata-rata adalah 2,5. Jika
serbuk bor lebih berat dari lumpur, maka serbuk bor akan jatuh dengan kecepatan
yang disebut dengan kecepatan slip.
Kecepatan slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara
langsung oleh sifat fisik lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika
kecepatan lumpur di annulus dibatasi oleh kemampuan pompa atau pembesaran
lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk mengurangi kecepatan slip serbuk bor
agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan pengangkatan juga dipengaruhi oleh
luasan permukaan atau bentuk daripada partikel serbuk bor, semakin besar luasan
dari partikel, maka gaya angkat fluida meneruskan tenaga dorong dari pompa akan
semakin bagus sehingga kecepatan slip serbuk bor juga bisa dikurangi dengan
memperbaiki sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga mengoptimalkan tekanan
pemompaan. Bentuk fisik daripada partikel serbuk bor tergantung juga kepada
jenis formasi yang ditembus.
Pada aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor
sangatlah kecil sehingga efek torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang
parabolik, hal ini akan menyebabkan serbuk bor mudah jatuh lagi ke dasar lubang
bor, ini akan dapat menghambat berhasilnya pengangkatan serbuk bor.
Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang lebih bagus dengan
menggunakan aliran turbulen, karena distribusi kecepatannya datar bukan
parabolik seperti pada aliran laminer.
Kekurangannya adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila
formasi yang ditembus tidak kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya
dinding lubang bor yang menyebabkan semakin mengendapnya serbuk bor dan tidak
terangkatnya serbuk bor dengan baik.
Lumpur dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite,
dengan menambahkan banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif
khusus. Jadi ada beberapa pilihan, dan penentuan pilihan tergantung dari tujuan
lain yang ingin dicapai. Bentonite adalah pilihan yang murah, tetapi jika ada
masalah hilang air, maka harus ditambah pengencer untuk mencegah flokulasi.
Hasil yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas
pengangkatan dan masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak padatan
akan menaikkan densitas, pilihan ini tidak dianjurkan jika tidak digunakan
untuk tujuan mengontrol tekanan.
Penerapan flokulasi lumpur adalah pilihan yang
mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh masalah hilang air. Additif khusus
mungkin merupakan pilihan yang paling tepat, tetapi hal ini akan menaikkan
biaya lumpur.
Lumpur pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki
karakteristik mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena
semakin bersih lubang bor berarti semakin bagus pula pengangkatan serbuk bornya
sampai kepermukaan.
3.
Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding
formasi permeabel (lulus air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan
tertahannya aliran fluida masuk ke formasi (adanya aliran yang masuk yaitu
cairan plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring). Mud Cake yang
dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan demikian lubang bor tidak
dipersempit dan cairan tidak banyak yang hilang. Sifat wall building ini dapat
diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat
koloid drilling mud dengan bentonite.
b. Memberi
zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat
mud cake.
4.
Melumasi dan Mendinginkan Pahat.
Panas yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring
dengan formasi. Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali
menghilangkan panas dalam waktu cepat, tetapi umumnya dengan adanya aliran
lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem serta melumasi pahat. Umur pahat
bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa ditekan, karena dengan
tertembusnya formasi yang cukup keras, kalau tidak terlumasi dengan baik, bit
akan cepat tumpul sehingga daya tembusnya menjadi lambat dan memperlambat
proses pemboran.
5.
Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di
Permukaan.
Lumpur pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan
partikel-partikel padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan menahannya
didalam lumpur selama sirkulasi berhenti. Kemampuan lumpur untuk menahan serbuk
bor selama sirkulasi dihentikan terutama tergantung terhadap gel strength,
dengan cairan menjadi gel tekanan terhadap gerakan serbuk bor kebawah dapat
dipertinggi.
Serbuk bor dapat ditahan agar tidak turun kebawah, karena bila ia
mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi serbuk bor dan pipa akan terjepit.
Selain itu ini akan memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali.
Tetapi gel yang terlalu besar akan berakibat buruk juga, karena akan menahan
permbuangan serbuk bor dipermukaan (selain pasir). Penggunaan alat seperti
desander dan shale shaker dapat membantu pengambilan serbuk bor dari lumpur
dipermukaan. Patut ditambahkan bahwa pasir harus dibuang dari lumpur karena
sifatnya yang abrassive pada pompa, sambungan-sambungan
6.
Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran
Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan
mengubahtenaga mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan
dayahidrolis berupa tekanan dan volume aliran/debit lumpur, dengan
mengalirkanlumpur dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill
string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian
dengan tekananyang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa
serbuk bordari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.
Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri
adalahdengan satu kali gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja.
Dimana pada saat piston bergerak ke belakang terjadi langkah pengisapan
sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka
pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya.
Sedangkan pada saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan
(discharge) sehingga volume cairan yang ada di salam liner terdorong keluar
menuju discharge manifold.
Tipe Lumpur Pemboran
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk
setiap lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi,
pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/ sistim lumput yang berbeda-beda
pula, seperti :
1.
Sistim
Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk
permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas.
2.
Sistim
Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis
yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu
didispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite
serta Tannin
3.
Lime
Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium
untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
4.
Sistim
Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi
pembasahan formasi oleh air.
5.
Sistim
Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan
Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings
kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan
daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini disebut Salt Polymer System.
6.
Oil
Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan
sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia
yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda
dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur
ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan
tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan
7.
Sistim
Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly
alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini
sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggap teralu
mahal.
Bahan Kimia Lumpur
Seperti kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik
yang diproduksi khusus untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum)
dan mineral dibutuhkan untuk memberikan karakeristik pada lumpur pemboran.
Bahan-bahan tesebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1.
Viscosifiers
(bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
2.
Weighting
Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
3.
Thinners
(Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
4.
Filtrat
Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
5.
Lost
Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
6.
Aditif
Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant
Bole tanya
BalasHapusFormasi apa yang biasa menyebabkan loss circulation
Dan satu lagi bang
BalasHapusSoal Formasi yang mengalami rekahan disebabkan oleh berat lumpur terlalu tinggi
kira2 berapa densitas dan gradient tekanan dr formasi yg alami rekah itu
Apa formasi itu porous-permeable atau tidak