Pada
prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan
dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Adapun
penyebab dari terjadinya tanah longsor antara lain karena akibat alam dan
akibat ulah manusia
Terjadinya Akibat Alam
Adapun
penyebab dari terjadinya tanah longsor akibat alam antara lain:
1. Hujan
Ancaman
tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya
tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga
tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat.
Hujan
lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng
atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk
karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut
lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan
bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis
tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu
tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena
air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang padat
Batuan
endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah
longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat
untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan
air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran
yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat
susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya
beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan / erosi
Pengikisan
banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk
mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan
tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran
lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api
pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan
kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
·
Adanya tebing
terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
·
Umumnya dijumpai
mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
·
Daerah badan
longsor bagian atas umumnya relatif landai.
·
Dijumpai
longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
·
Dijumpai
tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
·
Dijumpai alur
lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
·
Longsoran lama
ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak
sinambung)
·
Bidang tidak
sinambung memiliki cirri antara lain:
·
Bidang
perlapisan batuan
·
Bidang kontak
antara tanah penutup dengan batuan dasar
·
Bidang kontak
antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
·
Bidang kontak
antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air
(kedap air).
·
Bidang kontak
antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
·
Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
Terjadinya Akibat Ulah Manusia
Adapun
penyebab dari terjadinya tanah longsor akibat ulah manusia antara lain:
1.
Penggundulan
hutan Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
2.
Daerah
pembuangan sampah Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar