Batuan Dolomit


Proses Terbentuknya Batuan Dolomit

Dolomit yang baru dikenal sejak tahun 1882, merupakan variasi batu gamping yang mengandung > 50%  karbonat istilah dolomit pertama kali digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat di daerah Tyeolean Alpina (Pettijohn.F.J. 1956). Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder.

Secara sekunder, dolomit umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari air laut ke dalam batu gamping, atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Selain itu dolomit sekunder dapat juga terbentuk karena diendapkan secara tersendiri sebagai endapan evaporit.

Pembentukan dolomit sekunder dapat terjadi karena berbeberapa faktor diantaranya adalah tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya berlangsung dalam waktu lama. Dengan semakin tua umur batu gamping, semakin besar kemungkinannya untuk berubah menjadi dolomit. Dolomit primer terbentuk bersama-sama dalam galian tambang yang berupa bijih.

Mineralogi
Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat, dolomit mempunyai struktur kristal rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau managdolomit dan berkomposisi kimia MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit.

Umumnya dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dangan kekerasan lebih lunak dari batu gamping (berkisar antara 3.5 – 4) bersifat pejal, berat jenis antara 2.8 – 2.9 yang berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.

Cara Memperoleh dan Mengolah

Eksplorasi
Eksplorasi disamping bertujuan untuk menentukan jumlah cadangan juga untuk menginterprestasikan bentuk tubuh endapan, luas penyebaran, dan struktur yang dominan di daerah tersebut. Eksplorasi bahan galian industri pada umumnya lebih sederhana disbandingkan dengan untuk mineral logam, karena sebaran fisik bahan galian industri biasanya lebih mudah ditemukan.
Eksplorasi biasanya dilakukan apabila penyelidikan pendahuluan memenuhi syarat untuk perencanaan penambangan. Eksplorasi batuan dolomit dilakukan bertahap. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara pemboran atau sumur uji. Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi data pemboran dengan data geologi permukaan.

Penambangan
Penambangan batuan dolomit di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan metoda quarry. Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Penambangan dilakukan dengan cara konvensional dan mekanis.

Pengolahan
Pengolahan dolomit dilakukan dengan cara yang sederhana pula. Bongkah-bongkah dolomit dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah dolomit tersebut direduksi ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu, hasil proses ini selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomit yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan.


Galena


Galena (PbS) atau biasa disebut Timah Hitam merupakan mineral logam yang mengandung Pb dan kaya akan Sulfida, berasosiasi dengan mineral – mineral sulfida lainnya seperti Sphalerite, Chalcophyrite, Phyrite, Arsenophyrite dan biasa juga ditemukan bersama2 dengan Emas (Au) keterdapatan mineral galena ini biasa berada pada vein – vein kuarsa atau biasa juga didapatkan pada batuan – batuan yang teralterasi sangat kuat baik itu pada batuan vulkanik seperi Tufa, basalt dll atau pada batuan – batuan terobosan lainnya, 

Deposit mineral galena tersebar di belahan dunia mualai dari Wales, Jerman, Perancis, Rumania, Austria, Belgia, Italia, Spanyol, Skotlandia, Irlandia, Inggris, Australia, Meksiko, dan Amerika Serikat termasuk indonesia

Ciri Fisik Mineral Galena adalah
·         Warna                     : Hitam perak
·         Kilap                        : Metalik
·         Cerat                        : Abu – abu
·         Pecahan                  : Conchoidal
·         kekerasan               : 2.5 – 2.75
·         Sistem Kristal       : Isometrik
·         Bentuk Mineral    : Kubik
·         Berat Jenis            : 7.2 – 7.6
·         Keterdapatan       : pada batuan teralterasi atau pada Vein – vein kuarsa
·         komposisi Kimia : PbS

Galena berasal dari bahasa Yunani yaitu GALENE  yang berarti bijih timah merupakan kelompok mineral yang beranggotakan :
·         Alabandite
·         Alataite dll

jenis – jenis Galena :
·         Argentiferous Galena, Campuran dari Galena dan perak
·         Auriferous Galena, galena yang mengandung emas
·         Selenian Galena, galena yang mengandung Selenian
·         U-Galena, galena yang mengandung Uranium

Galena banyak dijumpai di sekitar batuan metamorf dan batuan beku. Galena tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batuan beku dan metamorf. Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau tepian sungai di daerah batuan metamorf. Pada beberapa tempat, mineral galena ini berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Apabila unsur Cu juga dominan pada mineral galena,  Batuan galena Indonesia saat ini kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan industri di China.

Metode eksploitasi galena umumnya menggunakan peledakan atau secara tradisional membuat suatu jalur bawah tanah (terowongan) diantara rekahan batuan beku. Daerah sebaran  galena antara lain berada di Aceh Timur – Nangroe Aceh Darussalam, Pasaman – Sumatera Barat, Ponorogo – Jawa Timur dan Wonogiri, Jawa Tengah.

Siklus hidrologi


Siklus hidrologi atau disebut juga siklus air adalah proses, yang didukung oleh energi matahari, yang menggerakan air antara lautan, langit, dan tanah. Artikel berikut menjelaskan sedikit lebih banyak tentang siklus air, di mana air bersirkulasi dari tanah ke udara dalam suatu siklus yang berkelanjutan.

Air adalah kekuatan pendorong dari semua alam (Leonardo da Vinci). Benar dinyatakan oleh pelukis dan pematung terkenal ini, air adalah salah satu zat yang paling penting di bumi, karena semua organisme hidup membutuhkan air untuk bertahan hidup. Selain itu, itu adalah fakta yang diketahui bahwa air mencakup sekitar 70% dari permukaan bumi. Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi, dapat didefinisikan sebagai ‘suatu siklus terus menerus, tak berujung dan penguapan air secara alami, berikutnya kondensasi, dan pengendapan sebagai hujan dan salju. ”

Banyak makhluk hidup, seperti tanaman, hewan, dan jamur, tergantung pada jumlah kecil pasokan air permukaan yang segar, kekurangan air dapat memiliki efek besar pada dinamika ekosistem. Manusia, tentu saja, telah mengembangkan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan air, seperti menggali sumur untuk mengambil air tanah, menyimpan air hujan, dan menggunakan desalinasi untuk mendapatkan air minum dari laut. Meskipun pengejaran air minum ini telah berlangsung sepanjang sejarah manusia, pasokan air bersih masih menjadi masalah utama di zaman modern.

Siklus air sangat penting untuk dinamika ekosistem karena memiliki pengaruh besar pada iklim dan, dengan demikian, pada lingkungan ekosistem. Misalnya, ketika air menguap, tidak memakan energi dari sekitarnya, pendinginan lingkungan. Ketika mengembun, ia melepaskan energi, pemanasan lingkungan. Tahap penguapan adalah siklus memurnikan air, yang kemudian mengisi ulang tanah dengan air tawar.

Aliran air cair dan es mengangkut mineral di seluruh dunia. Hal ini juga terlibat dalam pembentuk kembali fitur geologi bumi melalui proses termasuk erosi dan sedimentasi. Siklus air juga penting untuk pemeliharaan yang paling hidup dan ekosistem di planet ini. Sebagian besar air di bumi disimpan untuk waktu yang lama di lautan, tanah, dan es. Waktu tinggal adalah ukuran waktu rata-rata molekul air individual tetap dalam reservoir tertentu. Sejumlah besar air bumi terkunci di tempatnya pada waduk ini seperti es, di bawah tanah, dan di laut, dan, dengan demikian, tidak tersedia untuk siklus jangka pendek (hanya air permukaan yang bisa menguap).

Ada berbagai proses yang terjadi selama Siklus air, yang meliputi:
1.      penguapan / sublimasi
2.      kondensasi / presipitasi
3.      aliran air bawah permukaan
4.      limpasan permukaan / pencairan salju
5.      debit sungai

Tahapan Siklus Air
Ada sejumlah langkah yang terlibat dalam siklus air. Air melewati semua tiga keadaan materi selama siklus ini. Kekuatan alam seperti matahari, udara, tanah, pohon, sungai, laut, dan pegunungan memainkan peranan penting dalam menyelesaikan siklus air.

Tahap 1
Matahari terjadi menjadi kekuatan pendorong dari siklus air. Ini memanas air di laut, sungai, danau dan gletser, yang menguap dan naik ke atas di udara. Air juga menguap melalui tanaman dan tanah melalui proses yang disebut transpirasi. Air menguap ini dalam bentuk uap air, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Tahap 2
Uap air ini kemudian masuk bersentuhan dengan arus udara, yang membawanya lebih tinggi ke atmosfer. Setelah mencapai suhu dingin, uap air mengembun membentuk awan, yang mengandung jutaan tetesan kecil air.

Tahap 3
Awan ini bergerak sepanjang dunia dan tumbuh semakin besar mengumpulkan uap air lebih banyak dalam perjalanan mereka. Ketika itu menjadi terlalu berat untuk awan untuk menahan uap air lagi, mereka meledak dan tetesan air jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan. Jika suasana cukup dingin, curah hujan berubah menjadi hujan salju dan hujan es.

Tahap 4
Pada langkah terakhir, hujan atau salju yang mencair mengalir kembali ke badan air seperti sungai, danau, dan waduk. Air hujan juga diredam oleh tanah, melalui proses yang disebut infiltrasi. Beberapa air juga berjalan dari permukaan atau merembes di dalam tanah, yang kemudian dapat dilihat sebagai air tanah atau air tawar mata air. Akhirnya air mencapai lautan, yang merupakan badan air terbesar dan sumber terbesar dari uap air.

Siklus air didorong oleh energi matahari karena menghangatkan lautan dan air permukaan lainnya. Energi matahari menyebabkan penguapan (air menjadi uap air) air permukaan yang zat cair dan sublimasi yakni (es menjadi uap air) air beku, yang menyimpan dalam jumlah besar uap air ke atmosfer.


Seiring waktu, uap air mengembun menjadi awan ini sebagai tetesan cair atau bekuan, yang akhirnya diikuti oleh presipitasi (hujan atau salju), kembali lagi air ke permukaan bumi. Hujan akhirnya merembes ke dalam tanah, di mana ia dapat menguap lagi (jika dekat permukaan), mengalir di bawah permukaan, atau disimpan untuk waktu yang lama. Lebih mudah diamati adalah limpasan permukaan: aliran air segar baik dari hujan atau pencairan es. Limpasan kemudian dapat membuat jalan melalui sungai dan danau ke laut atau mengalir langsung ke lautan itu sendiri. Hujan dan limpasan permukaan adalah cara utama

METODE PENELITIAN METODE MAGNETIK



Tahap Akuisisi Data

Akuisisi data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.    Sebelum dilakukan pengambilan data di lokasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran nilai background (data magnetik yang tidak terpengaruh oleh medan luar) untuk keperluan koreksi diurnal. Pengambilan data background dilakukan pada malam hari mulai pukul 20.00 sampai dengan pukul 01.00.
2.    Dua buah GEM proton magnetometer digunakan masing-masing untuk pengukuran pada base station dan station pengukuran (magnetometer mobile). Pada base dipasang 1 buah sensor dan diatur untuk mengambil data setiap sepuluh menit, sedangkan pada magnetometer mobile digunakan 2 buah sensor untuk pengukuran medan total serta gradio.
3.    Dilakukan pengambilan data disetiap station pengukuran dengan masing-masing tiga kali pengulangan. Data medan total serta gradio setiap station dicatat pada log book disertai dengan waktu pengukurannya.
4.    Pada base station selain alat melakukan pengambilan data secara otomatis setiap 10 menit, data tersebut dicatat pula dalam log book, juga disertai dengan waktu pengukurannya.

3.5 Tahap Pemrosesan Data

            Data yang telah didapatkan dari tahap akuisisi selanjutnya diproses dengan menggunakan Microsoft Excel, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.     Seluruh data lapangan mulai dari nama station, waktu pengukuran, bacaan medan total, bacaan gradio, bacaan base, nilai background dan koordinat titik pengukuran (dalam sistem kartesian) di input dalam bentuk tabel dalam MS Excel. Untuk bacaan medan total dan gradio masing-masing diinput data untuk 3 kali pengulangan, kemudian dirata-ratakan.
2.    Kemudian dibuat kolom untuk nilai medan utama (IGRF) yang didapatkan dari link http://wdc.kugi.kyotou.ac.jp/igrf/point/. Untuk area pengukuran didapatkan IGRF sebesar 41638.9.
3.    Kemudian dibuat kolom baru untuk nilai koreksi diurnal. Koreksi diurnal didapatkan dengan cara mengurangkan nilai background dengan bacaan base.
4.    Kemudian dibuat satu kolom lagi untuk nilai medan anomali yang selanjutnya akan dimodelkan. Medan anomali didapatkan dengan memasukkan persamaan :
Medan Anomali = Medan Total – IGRF + Diurnal
5.    Setelah nilai medan anomali didapatkan maka data sudah bisa dimodelkan.

Pemodelan Dan Interpretasi


            Data medan anomali yang telah didapatkan dari pemrosesan data selanjutnya dimodelkan menggunakan Oasis Montaj dan Mag2DC. Oasis Montaj menghasilkan model secara lateral untuk melihat sebaran anomali dan Mag2DC menghasilkan model di bawah permukaan secara vertikal.

JENIS GELOMBANG


Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat melalui medium/perantara. Medium gelombang dapat berupa zat padat, cair, dan gas, misalnya tali, slinki, air, dan udara. Dalam perambatannya, gelombang membawa energi. Energi gelombang air laut sangat terasa bila kita berdiri di tepi pantai, berupa dorongan gelombang pada kaki kita.

Gelombang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat fisisnya, yaitu :

Berdasarkan arah getarannya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yakni gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
a.       Gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah getarannya berimpit dengan arah rambatannya, misalnya gelombang bunyi.
b.      Gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah rambatannya, misalnya gelombang pada tali dan gelombang cahaya.

Berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yakni gelombang berjalan dan gelombang diam/berdiri.
a.       Gelombang berjalan, yaitu gelombang yang amplitudonya tetap pada setiap titik yang dilalui gelombang, misalnya gelombang pada tali.
b.      Gelombang diam/berdiri, yaitu gelombang yang amplitudonya berubah, misalnya gelombang pada senar gitar yang dipetik.

Berdasarkan zat perantara atau medium rambatannya, gelombang dibedakan menjadi dua, yakni gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
a.       Gelombang mekanik, yaitu gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium, misalnya Bawah atas gelombang air, gelombang pada tali, dan gelombang bunyi.
b.      Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang dalam perambatannya tanpa memerlukan medium, misalnya gelombang cahaya.

Pada bab ini kita hanya akan mempelajari tentang gelombang beserta besaran-besaran yang berkaitan dengan gelombang, yaitu simpangan (Y), amplitudo (A), frekuensi (f), periode (T), dan fase (Ï•). Pada prinsipnya gelombang adalah rambatan dari energi getaran. Semua gelombang mekanik maupun gelombang elektromagnetik mempunyai sifat-sifat yang sama yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dapat dibiaskan (refraksi), dapat saling berinterferensi (memadukan), dan mengalami difraksi (pelenturan), dispersi, dan polarisasi.

Untuk mempelajari sifat pada gelombang dapat dilakukan kegiatan percobaan mengamati gelombang yang terjadi di permukaan air dengan menggunakan tangki riak atau tangki gelombang (ripple tank). Pada dasarnya tangki riak terdiri atas tangki air yang dasarnya terbuat dari kaca, motor listrik sebagai sumber getar yang diletakkan di atas papan penggetar dan akan menggetarkan papan penggetar yang berupa plat/keping untuk pembangkit gelombang lurus dan pembangkit berbentuk bola kecil untuk membangkitkan gelombang lingkaran. Sebuah lampu diletakkan di atas tangki riak untuk menyinari permukaan logam. Di bawah tangki riak diletakkan kertas putih untuk mengamati bentuk gelombang pada permukaan air. Puncak dan dasar gelombang akan terlihat pada kertas putih (layar) berupa garis gelap dan terang.

Sebelum membicarakan sifat gelombang, akan kita bahas mengenai pengertian front gelombang atau muka gelombang dan sinar gelombang. Apabila kita menggunakan keping getar, maka pada permukaan air akan kita lihat garis lurus yang bergerak ke tepi dan jika kita menggunakan bola sebagai penggetarnya, maka pada permukaan timbul lingkaran- lingkaran yang bergerak ke tepi.
Sekumpulan garis-garis atau lingkaranlingkaran itu yang dinamakan front gelombang atau muka gelombang. Jadi muka gelombang didefinisikan sebagai tempat sekumpulan titik yang mempunyai fase yang sama pada gelombang. Muka gelombang dapat berbentuk garis lurus atau lingkaran.

Tempat kedudukkan titik yang mempunyai fase yang sama mempunyai  jarak 1λ, 2λ, 3λ ..., dan seterusnya, sehingga jarak antarfront gelombang . Setiap gelombang merambat menurut arah tertentu. Arah rambatan gelombang disebut sinar gelombang. Sinar gelombang arahnya selalu tegak lurus muka gelombang.

LONGSOR DI ACEH BESAR (bagian 2)


Mekanisme longsor yang terjadi
karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan tanah yang di sebabkan oleh Intensitas hujan yang begitu deras melanda daerah tersebut sehingga lapisan yang terdapat di badan jalan mengalami pelapukan dan bertambahnya bobot masa tanah serta meningkatnya tekanan pori sehingga tahanan geser menjadi berkurang. Kemiringan lereng yang terjal semakin memperkuat untuk terjadinya keruntuhan.Material longsoran bergerak mengikuti lembahdan menggerus tebing lembah yang dilaluinyasehingga semakin meningkatkan volumematerial rombakan yang dibawa. Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air hujan yang melanda daerah tersebut sehingga mengakibatkan viskositas semakin meningkatsehingga aliran bahan rombakan inimenjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarana yangdilaluinya serta banyaknya pohon kayu dan tiang listrik yang tumbang di badan jalan sehingga akses transportasi banda aceh – aceh jaya terputus.

Dampak gerakan tanah:
1.      Arus lalu lintas dari arah Banda Aceh - Aceh Jaya terputus;
2.      5 (lima) rumah tertimbun material longsoran;
3.      2 (dua) mini bus tertimpa material longsoran;
4.      Sejumlah pohon dan tiang listrik tumbang.

Kondisi daerah bencana:
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia lembar Indrapuri, morfologi sekitar lokasi bencana merupakan perbukitan dengan kemiringan agak terjal sampai terjal. Daerah bencana memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas muka air laut.

Berdasarkan Peta Geologi lembar Banda Aceh, Sumatera (J.D. Bennet, dkk., 1981), batuan pada daerah bencana tersusun oleh granodiorit dan diorit tambahan (Tmig).
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada Bulan November 2014 di Provinsi Aceh (Badan Geolgi, PVMBG), daerah bencana termasuk zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi artinya Daerah yang mempunyai potensi Menengah - Tinggi untuk terjadinya Gerakan Tanah.

Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama daerah yang berbatasan dengan lembah sugai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan:
1.      Curah hujan yang tinggi sebelum terjadi gerakan tanah;
2.      Kemiringan lereng yang terjal;
3.      Batuan penyusun yang bersifat sarang, mudah meloloskan air dan luruh jika terkena air.

Mitigasi
Untuk mengantisipasi longsor atau gerakan tanah susulan, maka
direkomendasikan sebagai berikut:
1.      Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi bencana diharapkan lebih waspada dan tidak beraktivitas dahulu di sekitar lokasi bencana, terlebih apabila terjadi hujan lebat dan berlagsung lama, karena diperkirakan masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan;
2.      segera mebersihkan longsoran yang menutupi badan
3.      Pemasangan rambu-rambu rawan longsor pada daerah yang rawan longsor, agar pengguna jalan waspada bila melalui jalan ini terutama pada saat musim hujan;
4.      Selalu mengikuti arahan pemerintah setempat.


LONGSOR DI ACEH BESAR (bagian 1)


Beberapa longsor yang terjadi di bagian wilayah barat, diataranya meliputi longsor yang terjadi di gunung kulu pada kilometer 45, badan jalan tertutup tanah yang jatuh dari atas, kabupaten Aceh Besar membuat ruas jalan lintasan Banda Aceh-Meulaboh lumpuh total. Selain itu longsor juga terjadi di geurute yang membuat runtuhan bongkahan batu seukuran minibus yang jatuh dan menutupi seluruh badan jalan di Km 64. Bencana longsor yang terjadi dalam jangka pendek ini terutama pada gunung paro adalah bencana terparah pasca-tsunami di Aceh.

Dan mengakibatkan jalur Banda Aceh-Calang putus total serta perlu penanganan serius. Sejauh ini titik longsor yang terparah terjadi di gunung paro pada KM 37. Terdapat 12 titik longsor yang terjadi di daerah gunung paro. Dapat kita kaji bahwa longsor di gunung paro terjadi di karenakan hujan yang begitu deras melanda daerah tersebut sehingga lapisan yang terdapat di badan jalan mengalami pelapukan dan kemudian amblas tertipa runtuhan dari tebing atas, diikuti aliran air hujan turun dari tebing-tebing bagaikan air terjun. Akibatnya tanah tersebut longsor dan juga pohon kayu dan tiang listrik tumbang di badan jalan.
Kondisi dan struktur tanah di Gunung Paro itu labil.

Jika dikeruk memakai beko (alat berat) akan turun lagi. Dan jika hujan turun lagi maka akan ada tambahan longsor pada daerah gunung paro tersebut. Sebelum kejadian, banyak jalan-jalan kecil yang dibuka untuk akses perkebunan yang seharusnya dilarang dan tidak boleh dilakukan. Pasca-tsunami, pihak asing (Amerika) pernah merencanakan ingin membuat jalan baru di Gunung Paro. Ini urung dilakukan tanahnya labil dan mudah tergerus air. Walhi menilai, Pemerintah Daerah lalai, karena tidak melakukan evaluasi dan pengecekan pada ruas-ruas jalan yang berpotensi longsor secara rutin. adanya perubahan alih fungsi hutan menjadi nonhutan di kawasan Gunung Paro, menyebabkan hutan tidak lagi menjadi sebagai penyangga. Ilegal logging tidak banyak, tapi pembukaan kebun dilakukan di kawasan itu.

Lokasi dan waktu kejadian
Gerakan tanah terjadi di Gunung Paro, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Bencana tersebut terjadi pada Sabtu, 1 November 2014 setelah hujan deras mengguyur.

Jenis gerakan tanah :

Gerakan tanah yang terjadi diperkirakann merupakan longsoran bahan rombakan yaitu Jenis tanah longsor yang terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

SEJARAH GEOMORFOLOGI


Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh, HERODUTUS (485 – 425 S.M.) yang dianggap sebagai “bapak sejarah” dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini.

Dapat disebutkan di sini antara lain ARISTOTLE, STRABO dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejalagejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka. Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.

JAMES HUTTON (1726 – 1797) dikenal sebagai “bapak geologi modern” yang menerangkan gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat. Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai teori uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa “hari ini adalah kunci dari kejadian pada masa lampau” atau istilah asingnya adalah the present is the key to the past.

Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis, yang hanya mempelajari bentukbentuk roman muka bumi, akan tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa pengaliran sungai secara matematika.


Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh

GUNUNG BERAPI DI SUMATERA


GUNUNG BERAPI DI SUMATERA


1.Seulawah Agam, 1.726 m dml 
Di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar
Letusan Terakhir : 1975 
Tanggal 16 dan 21 Agustus terdengar suara gemuruh dan asap keluar dari G. Seulawah Agam.

2. Peuet Sague, 2.780 m dml
Di Kecamatan Meureudeu Selatan, Kabupaten Sigli
Letusan Terakhir : 1998 
Awal tahun, laporan dari pilot pesawat Garuda yang melalui jalur Banda Aceh – Medan menyatakan bahwa telah terjadi letusan di G. Peut Sague dengan ketinggian asap mencapai ± 3 km, dengan warna asap hitam keabuan. 

3. Bur Ni Telong, 2.624 m dml 
Di Kabupaten Aceh Tengah
Letusan Terakhir : 7 Desember 1924 
Nampak 5 buah tiang asap tanpa diikuti satu letusan. 

4. Sorik Marapi, 2.145 m
Di Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Napal, Kabupaten Tapanuli Selatan
Letusan Terakhir : 1970 
Menurut catatan Dinas Vulkanologi, pada tahun ini terjadi letusan abu

5. Marapi 2.891,3 m dml
Di Sumatera Barat, Kabupaten Agam dan Kabupaten Batusangkar
Letusan Terakhir : 1927 
Pada 5 Pebruari pukul 01.30 terdengar suara letusan pukul 7.20 letusan dengan asap berbentuk kembang kol. Abu sampai di Padang Panjang. Pada 6 dan 7 Pebruari terjadi letusan kecil di Kepundan Bungo. Pada 7 Pebruari hujan abu sampai di Padang Panjang. Pada 11 Pebruari pukul 22.00 turun hujan abu di Padang Panjang. Pada 11 Pebruari pukul 22.00 turun hujan abu di Padang Panjang.

6. Tandikat 2.438 m dml,
Di Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam 
Didalam sejarah hanya diketahui 2 kali letusan dengan periode 15 tahun, yaitu tahun 1889 dan tahun 1915

7. Talang 2.597 m dml
Di Kecamatan Kota Anau, Kabupaten Solok
Letusan Terakhir : 23 Maret 1981, terdengar suara gemuruh dan asap tebal serta bau belerang kuat, yang sebelumnya didahului oleh adanya gempa yang terjadi sejak Agustus 1980 hingga Maret 1981

8. Kerinci, 3.805 m dml
Di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok 
Letusan terakhir: 1970 
Mungkin terjadi letusan abu di kawah pusat. Sampai sekarang terkadang ada letusan abu tipis di sekitar puncak, seperti terjadi tahun 1999 (juni-juli) dan 2002 (Agustus).


10. Kaba, 1.952 m dml
Di Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu
Letusan terakhir : 2000 
Sejak awal Juni terjadi peningkatan kegiatan kegempan di Gunungapi Kaba, yang dipicu oleh gempa tektonik Bengkulu berkekuatan 7.8 skala Richter pada tanggal 4 Juni disertai gempa-gempa susulannya yang dapat dirasakan di kawasan Gunungapi Kaba

11. Dempo, 3,159 m dpl
Di Kecamatan Pagaralam, Jerai, Muaropinang dan Tanjungsakti, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan
Letusan terakhir : 1974
Hujan belereng dari Kawah G.Dempo, Harian Gala 1974. 

12. Krakatau, P. Rakata 813m, P. Sertung 182m, P. Panjang 132m dan P.Anak Krakatau 305m. 
Di Selat Sunda, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan
Letusan terakhir : 2001, Erupsi abu pada 5 Juli.


TANAH LONGSOR


Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, Longsor atau sering disebut gerakan tanah pergerakan masa batuan, debris atau tanah menuju bagian bawah lereng adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kejadian tanah longsor sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi yang berhubungan dengan sifat keteknikan tanah dan batuan penyusun serta kondisi lereng. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, 

namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a.       erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam.
b.      lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
c.       gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut.
d.      gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu.
e.       getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.
f.       berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

Tanda-Tanda Kawasan Rawan Longsor
Musim penghujan biasanya dimulai pada bulan September sampai dengan Maret. Pada bulan-bulan tersebut sering sekali terjadi bencana hidrogeologi yang disebabkan oleh tingginya curah hujan seperti tanah longsor, banjir bandang (debris flow), dan banjir karena buruknya sistem drainase. 

Ketiga bencana tersebut hampir bisa dipastikan akan menunjukkan peningkatan aktifitasnya selama musim penghujan dan ketiganya juga saling berhubungan. Bencana tanah longsor yang menjadi langganan pada musim penghujan ini juga bisa menjadi penyebab terjadinya banjir bandang yang bersumber di hulu sungai sana.
Tanda suatu kawasan yang rawan terhadap bahaya tanah longsor antara lain:

Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat
kawasan perbukitan dan lereng-lereng yang terjal merupakan tanda kawasan rawan longsor pertama. Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya penebangan pohon secara tidak beraturan dan pemotongan lereng yang sangat terjal untuk kepentingan pembangunan jalan.

Lapisan tanah tebal di atas lereng
negara kita yang beriklim tropis dengan curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan batuan pembentuk bukit menjadi terlapukkan. Tingginya tingkat perlapukan batu yang akhirnya menjadi tanah ini ditunjukkan dengan tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan tanah yang tebal ini apabila di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan tanah lapisan batu yang kedap air tadi menjadi bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor. Lapisan tanah yang tebal di atas lereng ini menjadi tanda kawasan rawan tanah longsor dan masyarakat harus jeli melihatnya.

Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
Buruknya sistem drainase di bawah lereng dan tata guna lahan yang buruk juga menjadi tanda-tanda suatu kawasan yang mengalami tanah longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air hujan yang masuk ke dalam lereng ketika hujan turun mengendap disana sehingga menambah beban lereng dan terakhir terjadilah tanah longsor.

Lereng terbuka atau gundul
Lereng yang yang tidak ditumbuhi perpohonan dan tidak ditutup dengan lapisan penutup menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam lereng. Kasus nomor 4 sama dengan kasus nomor 3 di atas.
Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
Kawasan yang sudah retak berbentuk tapak kuda di atas tebing mengindikasi bahwa tebing tersebut sudah mulai bergerak. Keadaan ini akan diperparah apabila turunnya hujan dalam waktu yang lama.
Banyaknya mata air/rembesan air
Rembesan air yang banyak di lereng sebuah tebing menunjukkan tebing tersebut sudah sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air. Banyaknya air dalam lereng seperti yang dijelaskan pada nomor 3 bisa menyebabkan terjadinya tanah longsor.

Adanya aliran sungai di dasar lereng
Kejadian ini hampir sama dengan kejadi nomor 6 namun pada nomor 7 ini tingkat kejenuhan airnya sudah sangat parah sampai-sampai membentuk aliran sungat di bawah lereng.

Pembebanan yang berlebihan pada lereng
Pembangunan rumah dan bangunan lain di atas lereng bisa menambah beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng awalnya stabil namun karena beban di atasnya terlalu besar maka lama-kelamaan lereng tersebut akan tidak stabil lagi dan lambat laun bisa menyebabkan bencana longsor.

Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan

Hampir sebagian besar kejadian longsor yang terjadi di negara kita adalah longsoran yang diakibatkan pemotongan lereng yang terjal untuk kepentingan pembangunan jalan. Hampir setiap musim penghujan bisa dipastikan akan ada lereng-lereng di sepanjang jalan perbukitan akan longsor.

Apa sih Peran Geofisikawan bagi dunia MIGAS????

Ilmu Geofisika berperan dalam membantu eksplorasi sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi. Termasuk bahan tambang yang berada...