Struktur Batuan Metamorf
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan
metamorf dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur
non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang
memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih
banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang
memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif
lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur
skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan
struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak
kasar.
Struktur Non Foliasi
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang
memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang
memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang
memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler
dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang
memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan
butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati
tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur
kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa
dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser,
hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang
lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan
hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang
memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme
secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik.
Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam
disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral
yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar
tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan
sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi
biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang
umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan
butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast.
Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih
besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast
dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material
yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah
kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal);
dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur
helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran
yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini
disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari
kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini
dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan
tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan
yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.
Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar 3.13.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan
tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang
memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang
memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral
pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang
memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang
memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan
tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk anhedral.
Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan
tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan
awalan kata –blasto.
a. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur
yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang
memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
c. Tekstur Blastopsamit: sama dengan
tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang
memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lempung.
Komposisi Batuan Metamorf
Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau
rekristalisasi dari mineral yang ada sebelumnya sebagai akibat perubahan
tekanan dan atau temperatur menghasilkan pembentukan kristal lain yang baik,
sedang atau perkembangan sisi muka yang jelek; kristal ini dinamakan idioblastik,
hypidioblastik, atau xenoblastik. Secara umum batuan metamorf
disusun oleh mineral-mineral tertentu (Tabel 3.13), namun secara khusus mineral
penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) mineral stress dan
(2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam
kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak
lurus terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende,
serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit dan
antolit. Sedang mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi
tekanan, biasanya berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet,
kalsit dan kordierit.
Gambar 3.13 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).
A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan
tekstur mosaik; B. Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast
di kiri atas; C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity
dengan domain granoblastik lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta
batupasir di dalam matrik mika halus; F. Tekstur Semiskistose dengan klorit dan
aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik metabasal; G. Granit milonit di
dalam proto milonit; H. Ortomilonit di dalam ultramilonit; I. Tekstur
Granoblastik di dalam blastomilonit.
Tabel 3.13 Ciri-ciri fisik mineral-mineral penyusun
batuan metamorf (Gillen, 1982)
Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf,
kita harus menamakan batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan
metamorf tidak sistematik seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-nama
batuan metamorf terutama didasarkan pada kenampakan tekstur dan struktur (Tabel
3.14). Nama yang umum sering dimodifikasi oleh awalan yang menunjukkan kenampakan
nyata atau aspek penting dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih
mineral yang ada (contoh skis klorit), atau nama dari batuan beku yang
mempunyai komposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang
didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan
facies metamorfik yang dipunyai batuan (contoh granulit).
Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan
perubahan keduanya baik tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan
rekristalisasi dan modifikasi dari mineral lempung yang ada. Ukuran butiran
secara mikroskopik tetap, tetapi arah yang baru dari orientasi mungkin dapat
berkembang sebagai hasil dari gaya stres. Resultan batuan berbutir halus yang
mempunyai belahan batuan yang baik sekali dinamakan slate. Bilamana
metamorfisme berlanjut sering menghasilkan orientasi dari mineral-mineral pipih
pada batuan dan penambahan ukuran butir dari klorit dan mika. Hasil dari batuan
yang berbutir halus ini dinamakan phylit, sama seperti slate tetapi
mempunyai kilap sutera pada belahan permukaannya. Pengujian dengan menggunakan
lensa tangan secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan porpiroblast yang
kecil licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat metamorfisme yang
lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita menjumpai
mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi kuat membentuk
skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakan skis, masih bisa
dibelah menjadi lembaran-lembaran. Umumnya berkembang porpiroblast; hal ini
sering dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral metamorfik seperti garnet,
staurolit, atau kordierit. Masih pada metamorfisme tingkat tinggi disini
skistosity menjadi kurang jelas; batuan terdiri dari kumpulan butiran sedang
sampai kasar dari tekstur dan mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur
gnessik dan batuannya dinamakan gneis. Kumpulan yang terdiri dari
lapisan yang relatif kaya kuarsa dan feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut
terdiri dari mineral yang mengandung feromagnesium (mika, piroksin, dan
ampibol). Komposisi mineralogi sering sama dengan batuan beku, tetapi tekstur
gnessik biasanya menunjukkan asal metamorfisme; dalam kumpulan yang cukup
orientasi sering ada. Penambahan metamorfisme dapat mengubah gneis menjadi
migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan berwarna terang menyerupai batuan beku
tertentu, dan perlapisan kaya feromagnesium mempunyai aspek metamorfik
tertentu.
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya
berdasarkan pada komposisi mineral, seperti: Marmer disusun
hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur
granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur
granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi
dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain
adalah sebagai berikut:
Amphibolit:
Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah ampibol
(biasanya hornblende) dan plagioklas.
Eclogit:
Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit tanpa
plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop.
Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang
lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
Granulit:
Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar,
sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan
struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa
dan/atau felspar.
Hornfels:
Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris
mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebutgranofels.
Milonit:
Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau
aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit,
milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.
Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera,
rekristralisasi mika, batuannya disebutphilonit.
Serpentinit:
Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok
serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan
dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti
olivin dan piroksen.
Skarn: Marmer yang
tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-silikat seperti
garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan
penutup (country rock) pada kontak batuan beku.
Tabel 3.14 Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan
Sill, 1986).
Bersambung ke bagian 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar